Rabu, 20 Maret 2019

Pemasangan Koklea Awal dari Penanganan Gangguan Dengar Sangat Berat

 Tue, 12 Mar 2019 - 13:15 WIB
 Koklea, alat bantu dengar yang ditanam di dalam telinga pasien (suaramerdeka.com/Puthut Ami Luhur)


SEMARANG, suaramerdeka.com - Satu cara mengatasi gangguan pendengaran adalah dengan memasang alat bantu dengar, baik untuk gangguan pendengaran ringan, sedang maupun berat. Untuk gangguan pendengaran sangat berat, bisa dipasang koklea yaitu alat bantu dengar yang dimasukkan ke bagian dalam telinga.
Pemasangan implan koklea melalui proses operasi, menurut dr Yanuar Iman Santosa Sp THT KL, pemasangan koklea ini dilakukan setelah dilakukan berbagai tes dan diagnosa kepada pasien sehingga dipastikan mengalami gangguan pendengaran berat. Selain, pemasangan koklea ini merupakan awal dari tahap-tahap selanjutnya agar pasien bisa mendengar suara disekelilingnya.
"Pemeriksaan sebaiknya dari bayi setelah lahir kemudian bisa ditentukan sejak dini apakah bayi tersebut mengalami gangguan pendengaran. Biasanya orangtua datang ke sini karena anaknya sudah tiga tahun belum bisa bicara kemudian kami lakukan tes BERA dan ASSR, baru ketahuan mengalami gangguan pendengaran atau tidak," kata dr Yanuar yang baru saja melakukan pemasangan koklea pada anak usia 3 tahun di Rumah Sakit Columbia Asia Semarang, Senin (11/3) kemarin.
Biasanya sebelum dilakukan pemasangan implan, pihaknya memasang alat bantu dengar yang paling kuat untuk dicoba apakah pasien sudah bisa mendengar atau belum. Jika ternyata dalam waktu enam bulan tidak ada perubahan terhadap pasien, ia bersama tim dokter akan menyarankan pemasangan koklea, yaitu alat bantu dengar yang dipasang di dalam telinga.
Proses pemasangan koklea atau Bionic Ear ini menurutnya merupakan operasi yang membutuhkan ketelitian. Setelah membuka kulit di bagian belakang telinga, tim dokter memasukkan koklea ke bagian paling dalam telinga setelah terlebih dahulu membuat lubang. Proses ini dilakukan sangat hati-hati karena disekitar telinga banyak pembuluh darah, syaraf dan organ penting lainnya.
"Pemasangan koklea ini pada rumah siput yang ada di dalam bagian telinga. Jika sudah terpasang kemudian dipasang elektroda yang masuk ke dalam koklea," tuturnya.
Operasi ini menurutnya tidak bisa dilakukan oleh dokter spesialis telinga, hidung dan tenggorokan (THT) tetapi harus mempunyai kemampuan pada bidang pemasangan koklea. Tindakan operasi yang pertama kali dilakukan oleh RS Columbia Asia Semarang, dibantu oleh dokter yang mempunyai kualifikasi tersebut, yaitu dr Zulfikar Naftali Sp THT-KL, Msi Med.
Sementara Tiwi, Clinical Support MED-EL sebagai vendor penyedia alat bantu dengar menyatakan, setelah alat terpasang maka akan segera dihidupkan. Ketika alat ini hidup maka usia pendengaran pasien seperti anak usia nol tahun dan mulai tahap ini peran orangtua untuk membentuk si anak akan menjadi seperti apa ke depannya sangat penting.
"Setelah alat hidup, akan ada Auditory Verbal Theraphy yang bisa memakan waktu bertahun-tahun, sampai pasien bisa berbicara. Jadi tidak langsung bisa bicara, jika belum berbicara dan hasil tes pendengaran sudah memenuhi maka akan dicari lagi dari sebab lainnya," katanya.
Ia mencontohkan, pada pasien anak yang baru selesai dioperasi usia tubuhnya 3 tahun tetapi usia pendengarannya nol tahun. Melalui terapi yang dilakukan paska operasi, diharapkan orangtua bisa mengejar agar anaknya bisa berbicara meski terapi yang dilakukan dengan memberikan stimulus-stimulus suara.

(Puthut Ami Luhur/CN42/SM Network) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar